Bulu Perindu Sukma
https://encrypted-tbn1.google.com/images?q=tbn:ANd9GcSMuyclZRZF-E5jwtOBQjHBauWr8ApIiVvOzvpSnDtVTLyvMhvk_A
Bulu Perindu Asli Kalimantan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-Fv7AWicwQxEjb6RBiZPdxJk6f3a0kf3UzsUtfY31ZPlklRLl_qoAD3GY9Miab4XDiqCVlb_Nb13iBIuIX-rSKqVHyxct-Xnsa83I-O9U76iZnVBYW5ylc0Dr90p2oCggFfG4B1ij-2I/s1600/10342009_474747462656295_8105383633532268584_n.png
Minyak Bulu Perindu Asli Kalimantan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzUMJex7QVWJCx28j8rrVXPNLZNGi9OOAzN98jdliWAiyCR_aqvk87uZ-gw8dQ21e5P_pTRIquZLg4DJJkI1FgKUUCQN5mxAnlLUpdAFP4uHNx_RBuWoNUJPvSOq6Qj5Zh14WMysQeuHs/s1600/asal+usul+bulu+perindu.JPG
Di dalam blog ini akan saya jelaskan tentang khasiat dari Bulu Perindu yang melegenda yang khasiat utamanya adalah sebagai media pengasihan atau pemikat lawan jenis,baik Pria ataupun Wanita. Bulu perindu dapat mengatasi Solusi asmara anda yang kandas,pacar di ambil orang,cinta bertepuk sebelah tangan, dan semua yang berhubungan dengan asmara ..
Ciri - ciri keaslian
Jika di tetesi / dibasahi air dan di letakkan di atas lantai atau sehelai kertas, maka secara menakjub kan Bulu Perindu tersebut akan menggeliat - geliat laksana seekor cacing. Sepasang Bulu Perindu jika di dekatkan / dipertemukan ujung - ujungnya, secara ajaib akan berangsur - angsur saling mendekat dan melilit.
Testing Video Keaslian Bulu Perindu Sukma

mahar tingkat satu 300.000 sudah ongkos kirim
khasiatnya antara lain.. pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita.
mahar tingkat Dua 550.000 ribu sudah ongkos kirim
Khusus yang tingkat dua perbedaanya dengan tingkat satu adalah khusus bagi yang sudah berumah tangga atau sudah menikah, mengapa demikian karena power atau bulu perindu tingkat 2 mempunyai power 2x lebih besar dari tingkat 1 karena untuk orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai aura yang sudah melemah karena faktor energi cakranya yang meredup akibat sudah seringnya berhubungan badan, jadi di butuhkan kekuatan ekstra untuk
menggunakan bulu perindu ini.
minyak bulu perindu mahar 650.000 sudah ongkos kirim
kekuatan minyak bulu perindu ini di fokuskan untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh/pergi dengan laki-laki lain atau sudah tidak cinta lagi
khasiatnya antara lain..
pengasihan, pemikat lawan jenis, penarik simpati, disenangi atasan bawahan, pelaris usaha, pelet, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan yang selingkuh, cocok untuk pria dan wanita tanpa ritual,puasa dan tanpa pantangan juga bisa di wariskan ke Anak CucuTanpa perlu panjang lebar berikut Testimoni para pemakai Bulu Perindu Sukma.


"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"

"Bagi Para Pria dan wanita Yang Ingin Berhasil Dalam Mengatasi masalah asmara,jodoh,perselingkuhan,agar di sayang atasan dan juga pelaris usaha,Bisa Menggunakan Bulu Perindu Ini Sebagai Solusi"
Gak banyak-banyak deh, Cuma mo bilang makasih kepada Bapak Hendro Susilo atas bantuannya. Kini istri saya semakin sayang dan perhatian , Buluh perindunya mantabs banget deh pokoknya.

Mondanamondan***@gmail.com
Muhammad Akbar
Karyawan Bank Swasta
Jl. Pahlawan No. 59 Bandung

Awalnya percaya nggak percaya sih. Namun ternyata gadis impianku kini bisa berada di sampingku. Buluh perindu dari Bapak Hendro Susilo memang bisa diandalkan.tempo beberapa hari sudah ada reaksinya Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Hendro S.

Rohmat _ megacom***@yahoo.co.id
SMK Tunggal Cipta, Sambirejo, Barukan, Manisrenggo


Ragu pada saat melihat-lihat di google karena memang sangat banyak yang menawarkan Buluh Perindu. Belum lagi komentar dari orang-orang yang bernada “miring” ditambah lagi dengan pengalaman pahit product sejenis yang tidak bereaksi apa-apa membuat saya menjadi malas. Tapi entah kenapa dengan Bapak hendro Susilo ini saya merasakan ada yang berbeda, akhirnya saya putuskan untuk mencoba menggunakan Buluh Perindu dari bapak Hendro Susilo dengan modal spekulasi. Kalau berhasil ya Alhamdulilah jika masih gagal ya sudahlah namanya juga usaha. Beberapa waktu sejak order Buluh Perindu datang sepertinya tidak terjadi perubahan namun saya tetap konsisten menjalanka Ibadah dan senantiasa berdoa dan tidak berapa lama akhirnya masalah saya terselesaikan. Usaha saya lancar jaya..

Dedi Mulyono
Pengusaha Bisnis Retail
Hallibrezekimelim***@yahoo.com
Jl.Jend.Sudirman no.32 Makasar


Mohon maaf kepada Bapak Hendro Susilo, awalnya saya sempat meremehkan Buluh Perindu dari Bapak karena pengalaman buruk saya menggunakan Buluh Perindu dari orang lain tidak berhasil. Berkat saran- saran dari Bapak untuk menjalankan amalan-amalan ibadah dengan konsisten akhirnya saya dapat menyelesaikan masalah yang mendera saya. Buluh Perindu dari Bapak Hendro Susilo memang manjur. Terimakasih
Titik _ titikban***@plasa.com
Jl. Gajah Mada, Bangil, Jawa Timur

Akhirnya Hutang Gue bisa gue cicil memang hebat resep dari mas Hendro Susilo. Maju terus Buluh Perindu nya ya mas.
Binsamdonysemestar***@plasa.com
Jl. Raya Cetho - Sukuh, Karanganyar

Mas Hendro, Masalah sudah terselesaikan, terimakasih banyak. Jempolan memang Buluh Perindunya. alhamdulillah istri saya yang pergi sudah kembali ke rumah dan keluarga kami semakin harmonis.
Roihanabadipuls***@ymail.com
Tuban, Jawa Timur

Bener-bener beda, syarat ndak repot, Buluh Perindunya bisa diwarisin lagi. Dimana coba bisa nemu produk seperti ini. Btw terimakasih kang Hendro Susilo. Masalah yang lalu kini tinggal masa lalu. Sekarang saatnya menikmati kehidupan yang baru. Suamiku sudah tidak suka selingkuh lagi, dan semakin betah di rumah setelah pulang dari kantor.
dewi _ mutia***@yahoo.com
Playen, Gunungkidul

Asalkan sabar dan terus berupaya semuanya akan bisa teratasi. Yang penting jangan menyerah dan tetap lakukan amalan-amalannya dan tunggu hasilnya. Di di usia yang ke 38 tahun akhirnya saya mendapatkan istri yang cantik . Saya tidak ragu untuk merekomendasikan produk Bapak Hendro Susilo yang terkenal dengan Buluh Perindunya.
Sanudin _ sanu***@yahoo.com
Jl Parakan Paat 3 no 142 Rt 01 Rw 07 Kel Cis Endah

Jadi gak takut nih mo nyicil barang-barang, semuanya bisa terlunasi kok sekarang. Penghasilan udah nambah, memang gak banyak banget tapi alhamdulillah . Terima kasih Pak Hendro udah bantuin. dan saya semakin rajin berinfak atas saran pak Hendro Susilo
imronmuslimin***@gmail.com
Ds. Tegalrejo RT 03 / RW 02 Kec. Merakurak, Tuban

Mau kasih testimoni apa ya? Susah juga kalo gak nyobain sendiri. Pokoke Buluh Perindu. Top markotop deh Mas Hendro nya..
MrMmultisejaht***@rocketmail.com
Kp. Cibogo RT 01 RW 01 Ds. Sukajadi.

Pembayaran dapat di lakukan ke salah satu rekening di bawah ini:
"Disclaimer : Hasil dan manfaat dari media bulu perindu ini akan berbeda-beda terhadap individualnya"
No. Rekening : 3831172434
Nama Pemilik : Hendro Susilo
No. Rekening : 105-00-1057268-7
Nama Pemilik : Hendro Susilo

setelah transfer harap konfirmasi ke SMS/WA 082164632944 PIN BBM : 23B01F92 ( Hendro Susilo ) sertakan juga no hp dan alamat lengkap saudara untuk memudah kan pengirimam bulu perindu. bulu perindu dan tata cara penggunaanya akan di kirim melalui JASA JNE,TIKI DAN POS


SEBAGIAN KECIL TESTIMONI DARI BBM DAN MASIH BANYAK LAGI
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivYDLsOCV9bCmJ3dNjEz0ttEEeRCo81vU0mPK0HbpN-qEmYKxPMlrsvCzC8Hq3u2sEFY2ZxDeukwuQdsUH7kK_HdvmB2c9d7u1G-vW3XKAxKIfTNt9RsBz-94TxXEDihswT9fWa7iJwyk/s1600/6DSAu0a.png
Bukti pengiriman JNE dan Pos Indonesia
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVrvzcuDYb5jVMJ1IhJmFOyBBjhuXk8NtKqaPUkCEhvg1skXrZH4DznJ76o4Mb18EGiv50Mkr0wNBRpLwJ2obKTJeSuGJMaOVSNpdcdiyrCsnPpCQM4xCC7Jq15UAp5MTpvuAOIsd028ox/s1600/ilmu+pelet+bulu+perindu+ampuh.JPG

Senin, 16 Agustus 2010

WIHDATUL AL WUJUD DAN WIHDATUL MAUJUD

WIHDATUL AL-
WUJUD DAN
WIHDATUL MAUJUD
DITERJEMAHKAN DARI
TULISAN SYEIKH ABDUL
HALIM MAHMUD,
MANTAN REKTOR AL-
AZHAR, MESIR.
1. Kami ingin memulai
secara langsung dengan
menguraikan sejenak
tentang batasan diskusi
dalam tema tersebut,
yakni kami ingin
membicarakan tentang
wihdah al-wujud
(kesatuan wujud) dan
bukan tentang wihdah al-
maujud (kesatuan
maujud). Hal yang
maujud itu banyak sekali,
seperti langit, bumi,
gunung, laut, pepohonan,
spesies manusia dan lain-
lain. Semua yang maujud
tersebut memiliki
perbedaan bentuk, rupa,
warna, rasa , makanan,
ukuran beratnya dan lain-
lain. Tak ada seorang pun
dari kalangan sufi yang
sejati – seperti Ibn ‘Arabi
dan al-Hallaj – yang
mengatakan tentang
wihdah al-maujud. Kalau
orang mu ’min yang biasa
saja tidak pernah
mengatakan tentang
wihdah al-maujud, apalagi
orang-orang sufi – yang
merupakan mutiara
orang-orang beriman.
Mereka sangat takut untuk
mengatakan yang
demikian.
2. Pembelokan makna
wihdah al-wujud menjadi
wihdah al-maujud,
ternyata banyak
pendukungnya dalam
setiap periode waktu.
Pertama, pada saat ulama
sufi mengatakan tentang
al-wujud al-wahid (wujud
yang satu), para musuh
mereka justeru
menjelaskan konsep al-
wujud al-wahid tersebut
dengan pendekatan
filosofis, sehingga wihdah
al-wujud difahami dengan
wihdah al-maujud,
padahal di antara
keduanya terdapat
perbedaan yang sangat
besar. Namun demikian,
kebanyakan musuh kaum
sufi menggunakan segala
cara yang penuh dengan
kebohongan dan
keduastaan demi
mematahkan argumentasi
kaum sufi. Dalam
pandangan mereka,
“ tujuan bisa menghalalkan
segala cara”.
Kedua, satu hal yang
berpengaruh terhadap
kesalahfahaman tentang
konsep sufi mengenai al-
wujud al-wahid adalah
pendapat Imam al-Asy ’ari
yang melihatnya dari
kacamata filsafat kalam,
bahwa “wujud adalah
maujud itu sendiri”.
Pendapat yang bercorak
filosofis ini tentu tidak
disepakati oleh orang-
orang sufi dan juga oleh
kebanyakan para pemikir
Islam dan para filosofnya.
Dalam pendapatnya yang
bercorak filosofis ini, Abu
al-Hasan al-Asy ’ari bisa
saja salah dan bisa saja
benar. Begitu juga
pendapat dan pemikiran
filosofis beliau yang lain,
bisa jadi salah dan bisa
saja benar.
Sedangkan mereka yang
tidak sepakat dengan
pendapat al-Asy ’ari di
atas, memandang bahwa
wujud tidak sama dengan
maujud. Dengan wujud
ini, jadilah wujud al-
maujud. Ketika orang-
orang sufi mengatakan
tentang al-wujud al-
wahid, para musuh
mereka – apapun
madzhab mereka –
menjelakan konsep
tersebut dengan
mendasarkan diri pada
pendapat al-Asy ’ari di
atas, sehingga mereka
mengatakan bahwa al-
wujud al-wahid sama
dengan al-maujud al-
wahid. Penjelasan dengan
cara seperti ini – yakni
dengan mendasarkan diri
pada pendapat al-Asy ’ari –
membuat pendapat
mereka lebih bisa
dipercaya di mata musuh-
musuhnya.
Persoalan ketiga, yang
juga perlu diperhatikan
adalah bahwa pendapat
tentang wihdah al-maujud
– dalam kacamata logika
pembahasan – kurang
bisa dibenarkan. Lagi pula
gagasan tentang wihdah
al-maujud yang tersebar
di sana sini, merupakan
sesuatu yang kacau dan
menyesatkan, baik ditinjau
dari segi maknanya
maupun dari segi nilai
filosofisnya, apa lagi
konsep tersebut tidak
dikenal dalam ajaran
islam. Singkat kata,
konsep tersebut – baik
bentuk maupun
maknanya – merupakan
konsep yang
menyesatkan.
Tambahan lagi, bahwa
ungkapan wihdah al-
maujud – yang sering
dinisbatkan kepada al-
Hallaj maupun kepada
tokoh sufi yang lain –
ternyata tidak pernah
ditemukan dalam buku-
buku mereka. Mereka
tidak pernah menulis
tentang konsep tersebut.
Oleh karena itu, sangat
jelas bahwa musuh-
musuh mereka sengaja
menisbatkan konsep
tersebut kepada al-Halaj
dan tokoh sufi yang lain,
sehingga mereka memiliki
alasan untuk
menghukumi al-Hallaj dan
kawan-kawan sebagai
orang-orang yang kafir
dan sesat.
3. Al-Wujud al-Wahid
(wujud atau eksistensi
yang satu)
Apakah ada hal yang
meragukan dalam konsep
al-wujud al-wahid
tersebut? Sesungguhnya,
itulah wujud Allah Swt
yang ada dengan
sendirinya tanpa
membutuhkan sesuatu
yang lain. Itulah wujud
yang sebenarnya yang
telah memberikan wujud
kepada setiap yang ada.
Tanpa wujud itu, maka
sesuatu tidak mungkin
ada. Wujud itulah Yang
Maha Menciptakan, Yang
Maha Meng-ada-kan dan
Yang Maha Membentuk
Rupa.
“ Dialah yang membentuk
kamu dalam rahim
sebagaimana yang
dikehendaki-Nya. Tidak
ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia,
Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (Qs. Ali
Imran; 6).
Dengan demikian,
hubungan Allah Swt
dengan manusia adalah
bahwa Allah Swt
memberikan wujud
kepada manusia yang
dikehendaki-Nya, dalam
setiap saat dan tersus
menerus, sehingga
manusia bisa hidup dalam
“ bentuk atau rupa” yang
sesesuai dengan
kehendak-Nya. Sedangkan
hubungan Allah Swt
dengan makhluk yang lain
atau segala yang ada, juga
sama polanya dengan
hubungan antara Allah
Swt dengan manusia.
Misalnya, “Allah Swt
menahan langit dan bumi
supaya jangan lenyap;
dan sungguh jika
keduanya akan lenyap
tidak ada seorangpun
yang dapat menahan
keduanya selain
Allah ” (Qs. Fathir; 41).
Yakni, Allah Swt
mempertahankan wujud
langit dan bumi, tetap
mengatur keduanya dan
tetap membuat keduanya
berjalan seiring. Allah Swt
mempertahankan langit
dan bumi agar keduanya
tetap ada dan berfungsi
masing-masing. Jika Allah
Swt tidak lagi “menahan”
atau mempertahankan
keduanya, maka
keduanya akan binasa dan
hancur berantakan.
Sesungguhnya Allah Swt
senantiasa mengatur alam
semesta ini. dia mengatur
langit dan bumi,
mengetahui apa yang
dilakukan oleh setiap yang
bernyawa, mengetahui
semua butir atom, bahkan
yang lebih kecil dari itu
pun Allah Swt mengetahui
dan mengaturnya, begitu
juga dengan makhluk-
makhluk lain yang besar-
besar. Semuanya – baik
yang di langit maupun
yang di bumi – tidak bisa
lepas dari ke-Maha Tahu-
an Allah Swt.
Tentang ke-Maha
Pengaturan Allah Swt ini,
al-Qur ’an dan Sunnah
telah menjelaskannya
dengan sangat gamblang,
agar manusia tidak terlena;
agar manusia menyadari
bahwa keberadaan
mereka tidak bersifat
abadi; agar mereka tidak
mengikuti hawa nafsunya;
agar mereka “melepaskan
pandangannya” ke atas
dan menyaksikan
cakrawala Tuhan; agar
mereka mentauhidkan
Allah Swt dalam bentuk
beribadah kepada-Nya
dengan seikhlas-ikhlasnya.
Suatu keikhlasan yang
tidak bercampur dengan
syirik yang berupa hawa
nafsu, harta, meteri
maupun naluri
kehewanannya.
Kami ingin
menggambarkan
bagaimana pendapat al-
Qur ’an tentang hal ini.
Sesungguhnya Allah Swt
telah menghadapkan kita
dalam surat al-Waqi ’ah
dengan berbagai
pertanyaan yang biasanya
kita lupakan;
o “Jelaskanlah (kepada-Ku)
tentang air mani yang
kamu pancarkan. Apakah
kamu yang
menciptakannya, atau
Kami yang
menciptakannya ?”(Qs. al-
Waqi’ah; 58-59).
o “Jelaskanlah (kepada-Ku)
tentang apa yang kamu
tanam? Apakah kamu
yang menumbuhkannya
ataukah Kami yang
menumbuhkannya ?” (Qs.
al-Waqi’ah; 63-64).
o “Jelaskanlah (kepada-Ku)
tentang air yang kamu
minum? Apakah kamu
yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami
yang
menurunkannya ?” (Qs. al-
Waqi’ah; 68-69).
o “Jelaskanlah (kepada-Ku)
tentang api yang kamu
nyalakan (dari gosokan-
gosokan kayu)? Apakah
kamu yang menjadikan
kayu itu atau Kamikah
yang
menjadikannya?’ (Qs. al-
Waqi’ah; 71-72).
Dari beberapa ayat di atas,
dapat diambil logika
kebalikannya, yakni jika
Allah Swt menghendaki,
bisa saja Dia tidak
menciptakan apapun, Dia
tidak menjadikan suatu
buah menjadi masak, Dia
tidak menurunkan air dari
awan, Dia tidak
menumbuhkan kayu
bakar, dan lain-lain.
Sesungguhnya, di tangan
Allah Swt lah segala
urusan, baik yang positif
maupun yang negatif. Di
tangan Allah Swt lah
urusan makhluk-Nya,
apakah Dia mau
menciptakan ataukah
tidak.
Tidakkah kamu berfikir
tentang “lemparan” yang
kamu lempar?
Sesungguhnya “bukan
kamu yang melempar
ketika kamu melempar,
tetapi Allah-lah yang
melempar …” (Qs. al-Anfal;
17). Tidakkah kamu
berfikir tentang
kemenangan dalam jihad
(mu)? Sesungguhnya
Allah Swt lah yang
membuat kamu menang
dalam berjihad.
Sedangkan mereka yang
terbunuh sesungguhnya
“ bukan kamu yang
membunuh mereka, akan
tetapi Allah lah yang
membunuh mereka ” (Qs.
al-Anfal; 17).
Begitu juga, Allah Swt lah
yang telah memberikan
rizki dan makanan bagi
manusia.
“ Maka hendaklah manusia
itu memperhatikan
makanannya.
Sesungguhnya Kami
benar-benar telah
mencurahkan air (dari
langit), kemudian Kami
belah bumi dengan
sebaik-baiknya, lalu Kami
tumbuhkan biji-bijian di
bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun dan
pohon kurma, kebun-
kebun (yang) lebat, dan
buah-buahan serta
rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang
ternakmu ” (Qs. ‘Abasa;
24-32).
4. Ke-Maha Tahu-an dan
ke-Maha Kuasa-an Allah
Swt sebenarnya telah
dirasakan dan dialami oleh
manusia, tetapi mereka
tidak pernah
memperhatikannya.
Mereka seperti hewan
yang tidak pernah berfikir
dan merenungkan semua
itu. Allah Swt tidak pernah
“disemayamkan” dalam
hati dan keinginan
mereka. Keinginan dan
cita-cita mereka hanya
berurusan dengan
bagaimana caranya
mereka bisa mengisi perut
mereka, menimbun emas
dan permata, meraih
jabatan dan bagaimana
mereka mempertahankan
kekuasaannya. Mereka
mendengar ayat-ayat
Allah Swt, tetapi tidak
pernah merenungkannya.
Ayat-ayat tersebut tidak
pernah berpengaruh
dalam diri mereka. Mereka
tenggelam dalam ni ’mat
Allah Swt yang teramat
banyak, tetapi semua
ni ’mat itu tidak membuat
mereka berterima kasih
dan bersyukur kepada
Allah Swt. Allah Swt tidak
“ berada” dalam hati,
pikiran, lingkungan dan
kehidupan mereka.
Namun demikian, ada
sebagian manusia yang
tidak memiliki sifat-sifat di
atas. Mereka itulah orang-
orang yang tenggelam
dan menyaksikan
kebenaran dan cakrawala
Ilahiyah, berenang dalam
samudera-Nya dan
menemukan mutiaranya.
Mereka selalu bersyukur
dan berterima kasih atas
segala ni ’mat dan karunia-
Nya yang selalu mereka
rasakan dalam setiap
sendi kehidupan mereka,
sehingga Allah Swt pun
menambahkan ni ’matnya
kepada mereka. “Jika
kalian bersyukur, maka
Aku tambahkan (ni ’mat-
Ku) kepada kalian…” (Qs.
Ibrahim; 7).
Mereka bertaqwa kepada
Allah Swt dengan
sebenar-benar taqwa,
sehingga Allah Swt
memberikan ilmu kepada
mereka. Mereka
menjadikan Allah Swt
sebagai Petunjuk dan
Penolongnya, sehingga
Allah Swt pun memberi
petunjuk kepada mereka
menuju jalan-Nya yang
lurus dan menolong
mereka terhadap diri
mereka sendiri dan
musuh-musuh mereka.
Mereka secara terus
menerus berusaha untuk
merealisasikan makna
tauhid, baik dalam
ucapan, aqidah, perasaan
maupun perbuatannya.
Mereka betul-betul
menghayati bahwa
pernyataan Asyhadu an
lailaha illallah mengandung
makna yang sangat dalam
yang tidak mungkin bisa
dihayati oleh selain
mereka.
Bagi mereka, makna syirik
sangat jelas dalam bentuk
yang tidak mungkin bisa
difahami oleh orang-
orang yang masih
disibukkan oleh urusan
duniai dan keluarga.
Mereka hancurkan syirik
dan berhala-berhalanya
yang berupa hawa nafsu,
syaitan, egoisme dan lain-
lain. Singkat kata, mereka
tutup semua pintu yang
berpotensi menimbulkan
syirik, agar syirik tidak
bersemayam dalam hati
mereka, baik syirik yang
nyata maupun syirik yang
tersembunyi. Dengan
demikian, makna la ilaha
illallah menjadi mantap
dan kokoh dalam
perasaan, tingkah laku dan
maqam mereka. “… maka
ke manapun kamu
menghadap di situlah
wajah Allah ” (Qs. al-
Baqarah; 115).
Di manapun mereka
berada, Allah Swt
senantiasa bersamanya.
Allah Swt lebih dekat
kepada mereka daripada
urat leher mereka sendiri.
Allah Swt lebih dekat
kepada mereka daripada
teman dan keluarga
mereka. Allah Swt
meliputi mereka, sehingga
mereka tidak melihat
selain Allah Swt yang bisa
mengokohkan langit dan
bumi. Mereka tidak
melihat selain Allah Swt
yang bisa memudahkan
urusan. Dalam pandangan
mereka, tidak ada yang
bisa memiliki kekusaan
selain Allah Swt. Dia-lah
yang memberikan
kekuasaan kepada siapa
saja yang dikehendaki-
Nya. Dia juga yang
melengserkan kekuasaan
dari tangan siapa saja
yang dikehendaki-Nya.
Dia-lah yang memuliakan
dan menghinakan siapa
saja yang dikehendaki-
Nya.
Mereka telah menjadi
rabbaniyun. Allah Swt
“ ada” dalam penglihatan,
pendengaran, anggota
tubuh dan hati mereka.
Tidak ada yang luput dari
pengawasan Allah Swt.
5. Para sufi membantu
mereka yang ingin
menempuh jalan menuju
Allah Swt dan melakukan
jihad secara terus
menerus agar manusia
bisa melepaskan diri dari
belenggu materi dan
melepaskan
pandangannya ke langit.
Para sufi berusaha untuk
menghadapkan wajah
manusia kepada Allah Swt
melalui ni ’mat-Nya yang
telah mereka rasakan dan
juga melalui ciptaan-Nya.
Sungguh, Allah Swt telah
menyempurnakan setiap
ciptaan-Nya. Mereka
menghadapkan wajah
manusia kepada Allah Swt
melalui bunga yang
sedang berkembang;
melalui pepohonan yang
sedang tumbuh; melalui
matahari yang bersinar
cerah; melalui bulan yang
bersinar lembut; dan
melalui bintang-bintang
yang bertebaran dan
berada dalam orbitnya.
Singkat kata, melalui
semua cipatan-Nya yang
ada di alam semesta ini,
para sufi mencoba
menjelaskan makna ayat
di bawah ini;
“ Maha Suci Allah Yang di
tangan-Nyalah segala
kerajaan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu,
Yang menjadikan mati
dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapakah
di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. Yang telah
menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis, kamu
sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang
Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu
melihat sesuatu yang tidak
seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu
dengan tidak menemukan
sesuatu yang cacat dan
penglihatanmu itupun
dalam keadaan
payah ”(QS. al-Mulk; 1-4).
Bahasa kaum sufi adalah
bahasa penghayatan,
bukan seperti ungkapan
“ berbusa” para ulama
kalam dan filsafat. Dalam
bahasanya sendiri, kaum
sufi memaparkan bahwa
Allah Swt memberikan
wujud kepada semua
yang maujud; menjadikan
yang berdiri bisa berdiri;
membuat yang berjalan
bisa berjalan; dan
menyebabkan yang
bergerak menjadi
bergerak.
Allah Swt – dalam bahasa
Ahli Sunah, khususnya
penganut Asy ’ariyah –
adalah yang memotong,
tetapi Dia bukan pisau
yang memotong. Dia-lah
yang membakar, tetapi
Dia bukan api yang
membakar. Dia-lah –
ketika Dia menghendaki –
yang berfirman kepada
api: “Hai api menjadi
dinginlah, dan menjadi
keselamatanlah bagi
Ibrahim ” (Qs.al-Anbiya;
69), sehingga api pun
menjadi dingin dan tidak
membahayakan.
Setiap kali para sufi
mengungkapkan tentang
al-wujud al-wahid ini dan
mengumandangkannya,
orang-orang
menganggap para sufi
sudah melewati batas dan
keterlaluan. Padahal, para
sufi tidak akan melampaui
apa yang telah digariskan
oleh ayat al-Qur ’an yang
memberikan
penggambaran tentang
keagungan Allah Swt dan
pengawasan-Nya, yang
tidak berarti bahwa “yang
satu” itu bersifat
“menyatu” dan bukan
pula “keterpaduan” antara
Sang Khaliq dengan
makhluknya atau antara
Yang Disembah dengan
yang menyembahnya.
Ayat itu adalah:
“ Dialah Yang Awal dan
Yang Akhir, Yang Zhahir
dan Yang Bathin; dan Dia
Maha Mengetahui segala
sesuatu ”(Qs. al-Hadid; 3).
Ayat tersebut dan juga
ayat-ayat lain yang telah
kami sebutkan pada
dasarnya bertujuan untuk
mendorong kita menuju
pengakuan atas ke-Maha
Kuasa-an Allah, dan Maha
Pengawasan-Nya,
sedangkan pengawasan
Allah meliputi semua hal.
Ayat itu juga mendorong
agar kita menghayati
bahwa Allah swt
mengarahkan manusia
untuk “kembali berlari”
menuju Allah dalam setiap
urusannya, dan juga agar
manusia mengagungkan
diri-Nya sehingga
terealisirlah pernyataan la
illa ha illallah.
Lebih dari itu, semua yang
dilakukan oleh para sufi
senantiasa di bawah
bimbingan al-Qur ’an dan
sunnah. Mereka
menginginkan agar
manusia menjadi rabbani.
Namun jika masih banyak
orang yang terlena di
bumi ini dan hanya
memandang ke arah
“ bawah”, maka itu
bukanlah dosa atau
kesalahan orang-orang
sufi, karena mereka telah
memenuhi kewajibannya
yakni mengarahkan
manusia kepada Allah
swt.
Begitu juga, jika masih
ada orang-orang yang
tidak hanya terlena di
bumi dan hanya
memendang ke arah
bawah saja, tetapi juga
memusuhi orang-orang
yang mengajaknya
memandang ke arah
langit dan
mengarahkannya menuju
Allah, maka mereka
berarti telah memusuhi
Allah dan rasul-Nya.
Balasan bagi mereka
sangat jelas yakni
sebagaimana yang
diaparkan dalam surat al-
Ma ’idah ayat 32.
6. Mungkin anda akan
bertanya: “Kalau demikian,
bagaimana dengan kasus
yang menimpa al-Hallaj?
Dan mengapa ia dihukum
mati ?”
Sesungguhnya kasus
yang menimpa al-Hallaj
yang sebelumnya
menjadi rahasia kini
rahasia itu telah
terbongkar. Al-Hallaj
adalah seorang pribadi
yang teguh, beliau
merupakan simbol bagi
orang-orang jadzab. Di
manapun beliau tinggal,
banyak orang yang
mengunjunginya dan ke
manapun beliau pergi,
banyak orang yang
menyertainya.
Sebagaimana dengan para
sufi yang lain, al-Hallaj
juga mencintai keluarga
(keturunan) Nabi sebagai
konsekuensi cintanya
beliau kepada Nabi
Muhammad Saw. Pada
saat itu, ahl al-bait (mereka
yang merupakan
keturunan Rasulullah Saw)
memiliki ambisi untuk
memerintah atau
memegang tampuk
kekuasaan. Oleh karena
itu, Bani Abbas (yang
sedang berkuasa pada
saat itu) tidak menyenangi
seorang pribadi seperti al-
Hallaj yang mencintai ahl
al-bait. Al-Hallaj tetap pada
sikapnya, bahkan
pengikutnya semakin
banyak dan kuat yang
tersebar dalam setiap
tempat. Oleh karena itu,
demi mempertahankan
stabilitas pemerintahan, al-
Hallaj harus dihukum.
Dengan demikian,
hukuman mati yang
ditujukan pada al-Hallaj
jelas bermotif urusan
duniawi, dalam hal ini
adalah motif politik.
Merupakan hal yang
sangat mudah bagi
penguasa untuk
menjungkirbalikan
hukum, mendatangkan
saksi-saksi palsu,
menyuap para hakim
dengan harta dan
kedudukan serta menuruti
hawa nafsunya.
Demikianlah, al-Hallaj
dihukum mati dengan
mengatasnamakan
kepentingan agama.
Bahkan beliau dituduh
telah menyebarkan suatu
pendapat yang
sebelumnya tidak pernah
beliau kemukakan dalam
buku-bukunya. Itulah
kasus yang menimpa al-
Hallaj, dan tuduhan itu
“tetap” menjadi misteri.
Menurut logika yang
benar, “seorang arsitek
tidak boleh memberikan
“ fatwa” tentang persoalan
kedokteran, begitu juga
seorang sasterawan tidak
bisa memberikan
keputusan tentang
persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh para
arsitek”. Dengan demikian,
tokoh-tokoh besar seperti
Ibn ‘Arabi, al-Hallaj dan
Ibn Faridl tidak bisa
dihukum oleh orang-
orang yang belum sampai
maqam mereka, atau
setidaknya mendekati
maqam mereka.
Salah seorang guru kami
pernah ditanya:
“ Sesungguhnya si-Fulan
telah mengkritik Ibn ‘Arabi
dalam beberapa masalah”.
Jawab guru kami: “Apakah
seekor kumbang berhak
untuk menghakimi
perbuatan singa? Seekor
kumbang tidak berhak
untuk menghakimi
perbuatan binatang buas,
juga tidak berhak untuk
membicarakan apa yang
dilakukan oleh binatang
buas, karena bisa jadi
logika yang dipakai tetap
logika seekor kumbang ”.
Imam Syafi’i pernah
berkata berkaitan dengan
orang-orang yang
mengkritik Imam
Muhyidin Ibn ‘Arabi:
“Sesungguhnya mereka
itu seperti nyamuk yang
meniup sebuah gunung
dan menginginkan agar
gunung itu bisa berpindah
dari tempatnya karena
tertiup angin yang
dihembuskan nyamuk itu.
Ini tentu tidak mungkin,
karena gunung itu masih
tetap kokoh menjulang
tinggi. Dengan gunung
itu, bumi menjadi menjadi
kokoh dan dunia menjadi
tetap seimbang ”.
Imam al-Sya’rani juga
pernah mengomentari
orang-orang sufi secara
umum dan Sayyidina
Muhyidin secara khusus:
“ Dalam pandanganku,
para penyembah berhala
saja tidak berani untuk
mengatakan terus terang
bahwa berhala yang
mereka sembah itu
sebagai tuhan mereka,
bahkan mereka hanya
berkata: ‘Kami tidak
menyembah mereka
(berhala-berhala itu),
melainkan supaya mereka
mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-
dekatnya ” (Qs. al-Zumar;
3).Maka bagaimana
mungkin mereka yang
menjadi auliya Allah
berani mengaku ‘telah
bersatu’ dengan Allah swt.
Ini adalah sangat mustahil
bagi mereka, semoga
Allah meridlai mereka ”.
Oleh sebab itu, agar
seseorang bisa
memahami, maka ia
harus sampai pada posisi
yang setara, atau
mendekati dengan posisi/
maqam Imam Muhyidin,
Ibn Arabi, al-Hallaj dan Ibn
Faridl, semoga Allah
meridhoi mereka dan
memberikan kepada kami
manfaat dari karya-karya
mereka. Wa billah al-
taufiq.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar